Di bawah terik sinar matahari yang menyengat, seorang guru tampak tengah menanggalkan seluruh pakaiannya untuk mandi di sebuah sungai yang airnya jernih dan mengalir dengan deras.
Ketika ia sedang asyik melepaskan kepenatan, tiba-tiba, di luar perkiraannya, ada serombongan anak perempuan, yang ternyata adalah murid-muridnya, sedang menuju ke tepi sungai tersebut.
Si guru sangat terkejut melihat kedatangan tamu tak diundang itu, dan secara spontan ia pun segera menutupi mukanya dengan kedua belah telapak tangannya.
Melihat pemandangan itu, para murid perempuan merasa rishi dan memutuskan untuk pergi, menjauhi lokasi itu sambil bertanya-tanya siapa gerangan laki-laki bodoh yang mandi telanjang di sungai itu.
“Mestinya it menutupi auratnya, bukan mukanya,” celetuk seorang murid kepada teman-temannya.
Beberapa hari setelah kejadian itu, ternyata ada seorang murid yang mengenali sosok laki-laki yang mandi di sungai itu.
“Pak Guru, saya mohon maaf dengan kejadian di tepi sungai waktu itu. Kami benar-benar tidak sengaja menyaksikan Bapak sedang mandi di sana. Tetapi ada satu hal yang saya tidak mengerti, mengapa waktu itu Bapak malah menutupi wajah, bukannya alat vital?” Tanya sang murid penasaran.
“Jika waktu itu saya menutupi alat vital saya, kalian akan mengetahui siapa laki-laki yang sedang mandi telanjang itu, tetapi dengan menutupi wajah saya, kalian memang bisa melihat alat vital, tetapi kalian tidak tahu siapa pemiliknya,” jelas si guru tanpa basa-basi lagi.
*****
Mendengar penjelasan itu, si murid mendapatkan sebuah pencerahan dan belajar sesuatu yang sangat berharga tentang prioritas dalam mengambil keputusan, kapan harus mendahulukan yang mendesak dan kapan harus mengerjakan yang penting.
“Ternyata harga diri jauh lebih tinggi daripada harga sebuah alat vital,” kata si murid kepada dirinya sendiri.
Golden Word :
"Orang yang berjiwa kedil adalah orang yang sering menertawakan kelemahan orang lain.Dan,orang yang berjiwa besar adalah orang yang sering menertawakan kelemahan diri sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar