Baiklah kawan-kawan sekalian kali ini kami akan menceritakan beberapa pahlawan indonesia yang beragama katolik.Kita semua tentu sangat jarang atau bahkan tak pernah mempelajari orang-orang yang berjasa bagi indonesia yang beragama katolik ,kalo begitu ini saatnya kita harus tahu juga siapa-siapa saja pahlawan Indonesia yang beragama Katolik,kita jangan cuma tahu dengan boyband atau girlband saja atau para pemain sepakbola yang sedang tenar namun kita juga seharusnya harus tau juga tentang orang-orang katolik yang berjasa besar atas kemerdekaan Indonesia,baiklah dari pada kami berpanjang lebar terus sebaiknya kita mulai saja topik kita,silahkan diliat dan dipelajari:
Tokoh beragama Katolik yang mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J.

Pahlawan Nasional (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 152 Tahun 1963 )
Lahir : Surakarta, Rabu Kliwon 25 November 1896
Wafat : Steyl, Nederland, Rabu Pahing 10 Juli 1963
Makam : Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang
Mgr.
Soegijapranata dikenal dan dikenang umat Katolik dan bangsa ini tidak
hanya sekadar Uskup Agung Semarang saja. Pria kelahiran 25 Nopember
1896 ini dikenal dan dikenang juga dengan kiprahnya bagi pembentukan
negara dan bangsa ini. Berikut cukilan yang dilakukan soal Mgr.
Soegijapranata dari berbagai sumber terbitan.
Karir
pekerjaannya diawali pada tahun 1915 dengan menjadi guru di Muntilan.
Tahun 1911, ia mulai mengikuti pendidikan imam dan berlanjut terus
hingga pada tanggal 27 September 1920 ia masuk ke novisiat Sarekat
Yesus.
Dan pada tanggal 15 Agustus 1931 ia resmi menjadi imam.
Sekembalinya ke Indonesia, tahun 1933, ia mendapat tugas untuk menjadi
Pastor Pembantu Paroki Bintaran Yogyakarta. Ia juga sempat menjadi
redaktur majalah Swara Tama. Pada tahun 1938, ia diangkat menjadi
penasehat misi Sarekat Yesus di Jawa.
Di area kebangsaan, jasanya cukup perhitungan. Ia termasuk dalam jajaran pahlawan.
Walaupun
pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah menyatakan kemerdekaan,
tetapi ada beberapa pihak yang tidak mau menerima kenyataan kalau
bangsa Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya, pihak-pihak yang
tidak mau menerima kenyataan adalah pihak Belanda dan pihak Jepang,
pihak Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
pemerintah Indonesia.

Setelah
mendengar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka, beliau mengibarkan
bendera merah putih di depan gedung pastoran Gedangang, Semarang. Sejak
saat itu pastoran gedangang selalu dihiasi dengan bendera merah putih.
Karena hal tersebut Mgr. Soegijapranata pernah mendapatkan teguran
dari pimpinan NICA. Teguran itu dijawab bahwa pimpinan NICA tidak
pernah mengeluarkan larangan pengibaran bendera merah putih. Mgr.
Soegijapranata juga menantang kepada pimpinan NICA dengan mengatakan
bahwa kalau kamu ingin bendera itu turun, coba datanglah kembali dan
rebutlah kekuasaan di sini.
IJ Kasimo Katolik Nasionalis

Ignatius
Joseph Kasimo (1900-1986), seorang pendiri dan pemimpin Partai Katolik
Republik Indonesia, belum mendapat gelar pahlawan nasional secara
formal. Padahal, dalam kenyataannya pengakuan itu sudah diberikan oleh
masyarakat yang mengakui bobot perjuangan dan ketokohannya.
Bagi
Kasimo, gelar itu pasti tidak penting, karena ia memang seorang pekerja
tanpa pamrih. Tetapi pertanyaan itu muncul terkait dengan tema
pluralisme bangsa yang menjadi wacana aktual dibicarakan sekarang.
Kasimo adalah salah satu sosok pejuang kemerdekaan dan politis dari
golongan Katolik yang sangat menjunjung tinggi pluralisme bangsa.
Di
parlemen, Kasimo bisa berseberangan pendapat dengan Nasir dan
kawan-kawan dari Masyumi, tetapi dalam keseharian hidup sebagai pribadi
sesama anak bangsa, mereka amat dekat dan akrab. Keduanya mengaku amat
diperkaya dengan sikap politik dan demokratis lewat peran dan interaksi
di parlemen.
Kalau KH Hasyim Ashary menganjurkan Jihad
Fisabilillah dengan Allahuakbar-nya melawan penjajahan Belanda pada 10
November 1945, maka Kasimo praktis menyerukan kepada orang Katolik (di)
Indonesia untuk mendukung Proklamasi Republik Indonesia dan turut
serta dalam ber-revolusi.
Kasimo dalam memimpin perjuangan
politik melalui Partai Katolik Republik Indonesia tidak menampilkan
sikap sektarianisme Katolik, melainkan berdasar platform kebangsaan,
yaitu Pancasila. Partai Katolik tidak menjadi partai konvensional,
melainkan mendasarkan atas ajaran dan moralitas (Katolik). Bahkan,
sejak awal kekatolikan Kasimo di dalam masalah-masalah sosial politik
sungguh progresif revolusioner dan tidak konservatif.
Kehadiran
Kasimo secara aktif di dalam revolusi kemerdekaan Indonesia sungguh
turut ‘menguntungkan’ RI Merdeka di mata internasional meskipun umat
Katolik di Indonesia kurang dari 2,5 persen dari jumlah penduduk pada
waktu itu. keterlibatan Kasimo itu turut membentuk nasion Indonesia
yang majemuk, multikultural-bhinneka tunggal ika, berdasarkan
Pancasila. Faktor itu ditanggapi dan dimengerti oleh tokoh-tokoh
nasional lain seperti Sutan Sjahrir, Bung Hatta, dan kemudian juga Bung
Karno selama pembentukan nasion Indonesia. Pembentukan nasion itu
dewasa ini kembali aktual.
Sebagai seorang pluralitas sejati,
Kasimo tidak alergi terhadap perbedaan, juga perbedaan ideologi yang
bisa sangat tajam dalam parlemen atau konstituante. Bagi Kasimo, di
negara bangsa Indonesia, semua orang tanpa kecuali harus merasa kerasan
atau at home untuk tinggal di dalamnya.
Letkol. Ignatius Slamet Riyadi - Pahlawan Nasional

Slamet
Riyadi yang dulu namanya Sukamto lahir di Donokusuman Solo, 28 Mei 1926
putra dari Idris Prawiropralebdo, seorang anggota legium Kasunanan
Surakarta
Mengenyam pendidikan di HIS kemudian MULO Afd B dan pada
akhirnya ke Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT). Sebagai lulusan terbaik dan
berhak menyandang ijasah navigasi kemudian ditambah beberapa kursus
navigator maka beliau menjadi navigator dari kapal kayu yang berlayar
antar pulau Nusantara
Dengan kemampuannya sebagai navigator
ditambah dengan masuknya penjajah Jepang ke Indonesia khususnya di Solo
dan Yogyakarta (Maret 1942) maka jiwa patriot membela ibu pertiwi
berkobar. Dengan keberanian sebagai pemuda yang ketika itu usianya
belum genap 20 tahun mengobarkan pemberontakan dan melarikan sebuah
kapal kayu milik Jepang. Usaha
Ken Pei Tai (Polisi Militer
Jepang) untuk menangkapnya tidak pernah berhasil , bahkan setelah
Jepang bertekuk lutut. Slamet Rijadi berhasil menggalang para pemuda,
menghimpun kekuatan pejuang dari pemuda-pemuda terlatih eks
Peta/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan setingkat Batalyon ,
yang dipersiapkan untuk mempelopori perebutan kekuasaan politik dan
militer di kota Solo dari tangan Jepang (Slamet Rijadi diangkat sebagai
Komandan Batalyon Resimen I Divisi X ).Dari sini kehidupan sebagai
militer terus berlanjut. Pendidikan militer ia dapatkan dari kehidupan
riel di tengah kancah merebut kemerdekaan bukan melalui teori-teori
militer di bangku pendidikan ketentaraan.
Setelah Jepang terusir
dari Indonesia ternyata bukan berarti merdeka seratus prosen tetapi
Belanda tetap ingin menjajah Indonesia dan hal ini dikenal dengan Clash
II. Di tengah-tengah melawan Belanda di tahun 1948 pecah pemberontakan
PKI-Madiun dan saat itu ketaatan Slamet Riyadi kepada atasannya yaitu
Gubernur Militer II Kolonel Gatot Subroto untuk melakukan penumpasan ke
arah Utara, berdampingan dengan pasukan lainnya, operasi ini berjalan
dengan gemilang.
Pada saat menumpas pemberontak RMS di gerbang
benteng Victoria, Ambon (4-11-1950) pasukan Pak Met berjumpa dengan
segerombolan pasukan yang bersembunyi di benteng tersebut dengan
mengibarkan bendera merah putih.Melihat bendera merah putih Letkol
Iganatius Slamet Riyadi memerintahkan pasukannya untuk menghentikan
penyerangan karena beliau yakin bahwa mereka adalah tentara Siliwangi.
Untuk itu ia membuktikan sendiri dengan keluar dari panser, namun apa
yang terjadi gerombolan tersebut bukan tentara Siliwangi tetapi para
pemberontak RMS menghujani tembakan kearah Pak Met. Hari Sabtu 4
Nopember 1950 pukul 11.30 menghembus nafas terakhir dengan usia sangat
muda belum genap 24 tahun.
Melihat perjalanan anak muda Ignatius
Slamet Riyadi sangat beralasan kalau pemerintah memberikan gelar
Pahlawan Nasional karena sepanjang hidupnya hanya untuk negara tidak
pernah memikirkan kepentingan pribadinya.
Agustinus Adi Sucipto, orang yang pertama kali menerbangkan pesawat Indonesia.
![[Image: 180px-Adisutjipto.jpg]](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_vTp0_KmxWxyQSD0t3cE5LLA3IkJU1EEOpW3PGxU0orGUWoRfhKaHhvF7sl3hdqusw5vX7rtCuEZMGAwMjwZYN1AomeHf6ZevCfdMpjjtDrlFFZ85jLHXsyKp0ew-CmjnV4y5OCCHfOvFDscjJGbvFaI7i00YXCbtYuwhM=s0-d)
![[Image: adsctkn1.jpg]](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_v8mY0S2ERYmIaBTFkm8K1Hrs_WhEFtjxh3czLo-zEJB73ksynaxOmpB6GIx2d6Rs3nbzrbbe03FlSPKsJhT9vmYYBC-gkXTT-Ol382XnDvoWdU0MAzlBldRAI6rziN=s0-d)
Marsekal
Muda (Pur) Agustinus Adisutjipto akrab dipanggil Cip namun kemudian
rekan-rekannya memanggilnya Pak Adi merupakan putra pertama dari lima
bersaudara buah perkawinan Roewidodarmo dan Latifatun. Adisutjipto,
kelahiran Salatiga 3 Juli 1916, sangat gemar bermain sepakbola, naik
gunung, tenis dan catur. Intelektualitasnya terasah lewat hobinya
membaca buku-buku kemiliteran dan filsafat. Pribadinya dikenal pendiam,
namun sangat reaktif bila harga dirinya terinjak.
Sejak pekik
kemerdekaan berkumandang 17 Agustus 1945, satu demi satu muncul
berbagai tuntutan. Termasuk penerbangan militer. Suryadarma bertindak
cepat. Para eks penerbang AU Hindia Belanda, seperti Adisutjipto,
dipanggilnya. Berbagai langkah konsolidasi, mulai dari mengumpulkan
ratusan pesawat sampai mengupayakan perbaikan pesawat-pesawat
peninggalan Jepang, diambil.
Usaha Suryadarma langsung berbuah.
Buktinya, Adisutjipto berhasil menerbangkan pesawat Nishikoren dari
Cibereum ke Maguwo, 10 Oktober 1945. Peristiwa ini tercatat sebagai
penerbangan pertama di wilayah RI merdeka oleh awak Indonesia.
Tujuhbelas hari kemudian, kembali Adisutjipto membakar semangat
perjuangan dengan menerbangkan pesawat Cureng bertanda merah putih.
Peristiwa ini mengukir lagi catatan sejarah, sebagai penerbangan
berbendera merah putih pertama di tanah air.
Adi Sucipto terbang
ke India untuk mengambil obat2an dan sekembalinya dari India ketika
memasuki wilayah Indonesia. Di ujung cakrawala, terlihat pesawat Dakota
VT-CLA melakukan approach. Para penumpangnya, Adisutjipto,
Abdulrachman Saleh, AN Constantine (pilot), R Hazelhurst (ko-pilot),
Adisumarmo Wiryokusumo (engineer), Bhida Ram, Nyonya Constantine,
Zainal Arifin (wakil dagang RI), dan Gani Handonocokro, tentu bahagia
karena sesaat lagi akan mendarat. Begitu juga Sudarjono yang lagi
piket, akan bertemu dengan kakaknya.
Sekonyong-konyong, muncul
dua pesawat P-40 Kitty Hawk Belanda dari arah utara yang langsung
memberondong Dakota, pesawat sipil yang jelas-jelas membawa bantuan.
Pesawat kehilangan ketinggian, melayang kencang dan menyambar sebatang
pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian. Begitu pesawat
terhempas ke tanah, langsung terbakar. Suryadarma dan semua orang
penunggu, berlarian ke arah pesawat naas.
Laksamana Madya Yosaphat Soedarso

Laksamana
Madya Yosaphat Soedarso (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November
1925 – meninggal di Laut Aru, 13 Januari 1962 pada umur 36 tahun) adalah
seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia gugur di atas KRI Macan Tutul
dalam pertempuran Laut Aru melawan armada Belanda pada masa kampanye
Trikora. Hal yang kurang lazim adalah, sebagai seorang Kepala Staff
Angkatan Laut tidak seharusnya ia ikut terjun langsung di dalam operasi
tersebut. Namanya kini diabadikan pada sebuah KRI dan pulau.
Yos Soedarso menikah dengan Siti Kustini (1935-2006) pada tahun 1955 dan meninggalkan lima orang anak.
Sumber :
Website Paroki St. Thomas, Keuskupan Bogor
http://mascosmaseko.blogspot.com/2011/05/mgr-soegijapranata-pahlawan-nasional.html
HARRY TJAN SILALAHI - Sekjen Partai Katolik Republik Indonesia (1964-1971
http://hurek.blogspot.com/2011/08/ij-kasimo-katolik-nasionalis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perwira
http://gbudiwaluyo.wordpress.com/
http://mascosmaseko.blogspot.com/2011/05/ignatius-slamet-riyadi.html
http://bpn16.wordpress.com/2010/09/23/agustinus-adi-sucipto-orang-yang-pertama-kali-menerbangkan-pesawat-indonesia/
Bagaimana kawan-kawan kalian sudah tahukan mereka-mereka itu adalah beberapa pahlawan Indonesia yang beragama katolik,masih banyak lagi pahlawan Indonesia yang beragama katolik namun kami belum sempat menjelaskan.
Terima Kasih telah mengunjungi blog kami.
Salam persahabatan dari kelas 8 amaZing